Selasa, 12 Maret 2013

CIBANGKONG-TRANS STUDIO MALL


Nama tempatnya adalah cibangkong
Jalannya sedikit berbatu dan bolong-bolong
Penduduknya ramah suka saling tolong
Pekerjaan jadi ringan karena gotong royong

Dulu banyak kebun dan juga empang atau balong
Namun kini telah berubah karena ulah pemborong
Disulap menjadi tempat muda mudi nongkrong
Hiruk pikuk sesekali ditingkahi suara ala bencong

Kini berdiri megah gedung tinggi mentereng
Tak ada lagi tempat kawanan bocah bermain kelereng
Namun tak sulit bila mencari ayam bakar ayam goreng
Suasana sedikit aman karena barisan berseragam loreng

Saat malam tiba gelap gulita bagai ditengah hutan
Kini terang benderang bagai kota metropolitan
Tak jarang terdengar beredar modus kejahatan
Sesekali tercium pula aroma kemaksiatan

Menempuh perjalanan menjadi lama karena macet
Kendaraan roda dua dan empat nyaris berdempet-dempet
Para pejalan kakipun sampai harus mepet-mepet
Kalau tak hati-hati kemungkinan badan keserempet
(15 Desember 2012)

KIAMAT SUDAH DEKAT


Nampaknya dunia akan segera kiamat
Sekejap lagi kehidupan dunia akan tamat
Terbukti nasehat sudah tak dianggap keramat
Akal dan pikiran sudah tak lagi cermat
Iman di dada sudah tak lagi tersemat

Hanya karena mengejar sebuah nikmat
Banyak sudah orang berbuat salah alamat
Dalam dada dipenuhi dendam kesumat
Bagaimana kelak hidup bisa selamat
Jika kini sudah menjauhi berkah dan rahmat

Karena nafsu banyak sudah jiwa-jiwa yang diperbudak
Tak bisa lagi menilai benar atau salah saat bertindak
Aturan hiduppun dilanggar lalu berbuat sekehendak
Tak bisa membendung hasrat jiwa yang membludak
Seolah hati tak bisa lagi untuk mengatakan tidak

Karena ambisi tak pedulikan lagi kehidupan akhirat
Tak peduli pula iman di dada mulai berkarat
Terlanjur diri dalam kubangan lumpur dosa terjerat
Senyum mengembang karena tercapai sebuah hasrat
Tak ada penyesalan diwajahnya yang tergurat

Duhai Rabb... Yang Maha Bijak Maha Kuasa
Kumohon ampun kepada-MU senantiasa
Maka hindarkan hamba dari kubangan lumpur dosa
Dosa yang senantiasa mengintaiku dengan leluasa 
Sungguh hamba tak sanggup kelak menanggung siksa
(15 Desember 2012)

TAK ADA LAGI SYURGA DIKAKINYA (Episode tragedi seorang ibu yang menghabisi nyawa anaknya)


Mengapa hatimu bisa sedemikian itu berbuat tega
Bukankah ditelapak kakimu terdapat sebuah syurga
Syurga bagi anak-anakmu yang mesti kau jaga
Namun karena ulahmu tak bisa lagi dibuat bangga
Dihadapan anak-anakumu kini sudah tak lagi berharga

Bukankah kasih sayang seorang ibu itu sepanjang jalan
Namun jika dinilai kasihmu hanya sebatas penggalan
Tak ingatkah kau waktu mengandungnya sembilan bulan
Lalu mengapa kau tega kebahagiaannya sendiri kau telan
Apakah darinya kau takut kelak tak mendapat imbalan

Tak terlihat karena perbuatanmu engkau menjadi susah
Tak terlihat pula karenanya hatimu menjadi gelisah
Tak terlihat pula tanda-tanda airmatamu basah
Padahal dengan buah hatimu kini engkau telah berpisah
Sungguh kasihmu pada buah hatimu sudah tak terasah

Tak percaya rasanya engkau berbuat seperti itu
Entah setan mana yang membuat pikiranmu menjadi buntu
Apakah mungkin hatimu memang terbuat dari sebongkah batu
Hingga kau tega pada buah hatimu berbuat begitu
Kini hasil perbuatanmu muncul bermacam-macam gerutu

Sepertinya engkau bukan lagi stres tapi sedang sakit jiwa
Hingga begitu teganya engkau menghilangkan nyawa
Lihatlah setan yang mengelabuimu kini sedang tertawa
Karena telapak kakimu kini sudah tak lagi istimewa
Tunggulah kelak oleh buah hatimu sendiri engkau didakwa
(15 Desember 2012)

NAFAS KEHIDUPAN


Di angkasa nampak bulan mulai meninggi
Ini pertanda bahwa sang malam hendak pergi
Mempersilahkan bertandangnya sang pagi
Dengan pancaran sang surya yang memberi energi

Nafas kehidupan mulai terdengar bertingkah
kaki-kaki kekar penuh energi mulai melangkah
Dengan bismillah berebut orang mencari nafkah
Berharap dengan upayanya mendapat berkah

Meski nampak sebagian masih saja terlelap
Setelah diterjang kantuk yang datang melalap
Sejenak meninggalkan dunia yang gemerlap
Ditingkahi dengkurang yang saling berbalap

Nampak pula sebagian terlepas dari kampuh
Mensucikan diri hendak bersujud bersimpuh
Memohon doa atas jalan yang akan ditempuh
Agar menjalani hidup tak mudah rapuh

Begitulah irama nafas kehidupan dunia
Dengan berbagai macam karakter manusia
Menjalani apa yang memang telah tersedia
Mengerti bahwa semua itu adalah karunia
(12 Desember 2012)

JANJI SUCI


Saat kita lalu bertemu pandang
Jantungku serasa dihentak ditendang
Ada nada disana bertalu berdendang
Rasaku seakan diseret digelandang
Tak dapat berbuat bagai sang pecundang

Saat kepadaku kau lemparkan senyum
Bergetar jantungku bagai terkena setrum
Dadaku bergejolak bergemuruh berderum
Seolah dalam dadaku bertambah anti serum
Hingga bersemilah bunga cinta berkuntum-kuntum

Saat kepadaku kau nyatakan janji suci
Sirnalah dalam dada segenap rasa benci
Karena janjimu telah membuka hati yang terkunci
Lalu dalam dadaku menyeruak riang mencaci
Memenuhi setiap rongga kalbu inci demi inci

Saat tanganku kau genggam dengan erat
Ada rasa menyelinap dalam kalbu yang tersurat
Mengikis perasaan beku yang lama berkarat
Kini karena rasa cintamu hatiku telah terjerat
Dan telah kuterima cintamu tanpa syarat

Saat kau lantang suarakan sebuah ikrar
Tak akan pernah tuk berbuat ingkar
Tak terasa deras air mata di pipi menjalar
Bathin berbisik semua rasa ini selamanya kan berkibar
Dalam jiwa dan raga hingga nanti kuat mengakar
(14 Desember 2012)

BIJAKSANA MENGHADAPI MUSIBAH


Suatu ketika saat kita tertimpa sebuah musibah
Nyaris kepercayaan dalam diri ambruk dan rebah
Meski telah dikuatkan diri menerima dengan tabah
Tetap saja air mata di pipi mengalir bersimbah
Dan apa yang telah terjadi tak mungkin dapat dirubah

Saat musibah datang bertubi-tubi menghampiri
Dengan rasanya yang nyeri dalam dada menari-nari
Ingin rasanya diri pergi jauh berlari menghindari
Karena tak tahan sakitnya melebihi tertusuk duri
Namun kubertahan karena hal itu tak kan lestari

Sulit rasanya menerima musibah sebagai ujian
Sering tak sadar menghadapinya dengan cacian
Tak jarang jalan sesat ditempuh sebagai pelarian
Seolah bahwa yang menderita hanya kita sendirian
Padahal dari yang Kuasa kita tengah mendapat perhatian

Selayaknya musibah dihadapi dengan pikiran positif
Namun keluhan dan keluhan yang terlontar karena rasa sensitif
Sulit rasanya menghadapi musibah dengan jiwa yang sportif
Sedikitpun tak pernah terlintas dalam pikiran untuk berjiwa arif
Terlupa bahwa dibalik itu ada kenikmatan dari Sang Maha Latif 

Seandainya saja mampu menyikapi musibah dengan bijaksana
Dipastikan tak akan pernah ada hati yang sedih dan merana
Karena hati yang ikhlas menerima keluh kesahpun sirna
Dan menerima musibah sebagai pelajaran bukan sebagai bencana
Lalu untuk mencapai pemecahannyapun akan mudah terlaksana
(14 Desember 2012)

MENUNGGU


Kumenunggu kau putus dengan kekasihmu
Walau lama menunggu ku tak akan jemu
Kutunggu disini pertama kali kita bertemu

Kumenunggu hatimu kan berpaling kepadaku
Kuairkan rasamu kepadaku yang telah membeku
Tak kusesali meski harus kutempuh cara berliku
Kuyakinkan kepadaku kau pasti kan kembali
karena kutahu kasihmu sudah tak lagi peduli
Dengan rasa kasihku hatimu kan terbeli

Kupastikan kepadaku kini kau masih cinta
Buktinya dengan dia kini kau menderita
kembalilah padaku tak perlu kau meminta

Kutahu kau masih cinta dari matamu terlihat
Dan begitu sering kepadaku engkau curhat
Mari kembali cinta kita yang dulu kita pahat
(13 Desember 2012)